Puisi Pendek
Rasa yang kau bicarakan berbeda dengan yang kau jelaskan Rindu itu segetir madu Kuteguk bersamamu.
Dekatlah Akan kukecup keningmu Tanda sayang cintaku Tak usah mandi Aku suka wangi tubuhmu Biar kuingat sepenjang waktu
Jadilah siang Terang tinggi menjulang Memisahkan pagi dan petang Menjadi dinding penghalang Bagi rindu yang tak kunjung pulang
Menulislah sepenuh hati Tak selalu kau alami sendiri Pinjamlah kepala, telinga dan mata Dan temukan kata untuk merasakannya
Aku hanya memperhatikan semesta Dan jemariku memilih kata Menggambarkan melalui aksara Bahagia dan luka hanyalah kisah belaka.
Hanya ucapan terimakasih; yang tak tulus hati untuk sebuah kebersamaan; yang tak pernah kau inginkan menjadi cinta menyakitkan
Kelak kutinggalkan kota ini kota yang memberi warna pelangi dan mengenalkan pada seorang putri meski cintanya gagal kusinggahi
Apa yang harus kulakukan Jika semua kata menolak kutautkan Apa sebaiknya aku diam mendengarkan Suara hujan di kejahuan
Setiap sore tak selalu ada senja Seperti tak selamanya, cinta; harus selalu berasmara. Ada waktu di mana hati tak bisa dipaksa
Kuingat caramu mengingatku Diam tak ingin diganggu Cemberut tapi sendu Barangkali rindu; membuat wanita bertambah ayu
Komentar
Posting Komentar