Puisi pendek

Gerimis datang isyarat untuk pulang ke hati yang ditinggalkan karena sejak rindu datang; malammu hanya ada tangisan

Dia kesepian Memohon datang hujan Langit tak ijinkan Kukirim sajak perpisahan Sebagai balasan; hati yang kesepian.

Tingkat kebahagiaan sejatinya bukan tergantung pada banyaknya harta namun lebih pada seberapa tingkat syukur pada Yang Kuasa

Sajadahku bumi Kubahku langit Masjidku semesta Kusembayangkan jiwa raga PadaMu Yang Meliputi segala Syukur atas segala karunia.

Kilau pelangi tak lagi berwarna Muram dalam gelisah dilangit kelabu Seperti rindu yang ku gantung di awan hitam Diam tiada makna

Yang terlihat karib sesungguhnya tak seirama seperti malam dan purnama mereka pergi dan meninggalkan dengan alasan tak sejalan

Saat rindu enggan bercerita lewat kata aku hanya diam tak bicara hanya menatap matamu yang jendela yang tak bisa kubuka

Kehilangamu bukan semata jarak Tapi sejak kau berhenti bersajak Membuat jantung pelan berdetak Hingga nafasku terasa sesak.

Perhatikan semua Jangan hanya dilihat dengan mata Tapi temukan kata untuk merasakannya Di sanalah puisi bermula.

Aku tau dibalik perubahan itu pasti ada alasan, yang mungkin tak pernah aku mengerti karena semua masalah hati

Kau dan aku duduk bersama kenangan Hanya diam mendengarkan Suara desir angin perpisahan; yang didendangkan di akhir pertemuan

Untuk merindu Tak harus pilu Untuk memiliki Tak harus menghakimi Jadilah penyejuk hati Walaupun jalannya berduri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARAP DI BATAS SENJA

AKU TITIPKAN KEPADA AWAN

Puisi Pendek